Solusi Nabi Menangani Masalah Kemiskinan

Oleh:

Dr. Murad Bakhrishah

Khutbah Pertama

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Kaya Lagi Maha Mulia, Yang Maha Luas lagi Maha Pemurah. Dia meninggikan derajat orang yang Dia kehendaki dengan karunia-Nya, dan menguji orang yang Dia kehendaki dengan hikmah-Nya. Dia tidak ditanya atas apa yang diperbuat, tapi manusialah yang akan ditanya atas perbuatannya.

Saya menghaturkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala semata yang tidak memiliki sekutu, dan bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah hamba dan rasul-Nya, semoga salawat dan salam senantiasa terlimpah kepada beliau, serta keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du:

Wahai para hamba AllahSubhanahu wa Ta’ala! Saya berwasiat kepada diri saya pribadi yang banyak lalai serta Anda sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ini adalah wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada generasi terdahulu dan setelahnya:

“Sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah” (QS. An-Nisa: 131).

Wahai kaum Muslimin! Salah satu masalah terbesar yang dihadapi umat manusia dari dulu hingga sekarang adalah kemiskinan. Masalah yang menggerogoti tubuh masyarakat, melemahkan rumah tangga, dan mengancam keamanan dan kedamaian. Bahkan juga memaparkan akidah dan akhlak manusia pada penyimpangan dan penyelewengan.

Masalah kemiskinan yang pasti di setiap zaman menyisakan kebutuhan dan krisis, yang ketika menimpa suatu masyarakat pasti memberi pengaruh terhadapnya, dan kini kemiskinan mengancam jutaan kaum Muslimin di berbagai belahan bumi.

Apabila tatanan buatan manusia tidak mampu menghadirkan solusi konkret, maka sebenarnya metode dari Nabi telah menghadirkan visi yang komprehensif, serta sesuai realitas dan kemanusiaan untuk menangani krisis berbahaya ini.

Wahai kaum Muslimin! Dalam agama Islam tidak ada seruan untuk hidup miskin. Justru agama Islam mengajak untuk berusaha, bekerja, dan bergotong royong. Agama Islam memberi tuntunan bagi orang miskin untuk bergerak dan bekerja, mengajak masyarakat untuk saling tolong menolong, dan mengarahkan negara untuk menegakkan keadilan dalam membagi anggaran. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kemiskinan. Beliau bersabda:

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kekafiran dan kefakiran.” (HR. An-Nasa’i).

Beliau menghimpun antara kefakiran dan kekafiran karena antara kedua hal ini punya keterkaitan yang kuat.

Karena begitu berbahayanya kemiskinan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memohon perlindungan dari utang, karena orang yang berutang jika tidak mampu melunasi utangnya akan berdusta, jika berjanji akan mengingkari, dan ketika berutang akan merendahkan diri.

Wahai para hamba Allah! Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak sekedar memohon perlindungan dan berdosa saja untuk menangani kemiskinan, tapi juga memberi solusi-solusi praktis untuk masalah berbahaya ini. 

Pekerjaan yang terhormat merupakan garis pertahanan pertama untuk memerangi kemiskinan. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi arahan kepada manusia untuk bekerja. Beliau bersabda:

“Tidaklah ada seorang pun yang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan dari hasil kerja kerasnya sendiri.” (HR. Al-Bukhari).

Bahkan Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memberi contoh dengan dirinya sendiri, dulu Beliau adalah penggembala kambing. Selain itu, Nabi Daud Alaihissalam adalah pandai besi dan makan dari hasil kerjanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Kami mengajarkan pula kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna melindungimu dari serangan musuhmu (dalam peperangan). Maka, apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?” (QS. Al-Anbiya: 80). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Sungguh, benar-benar telah Kami anugerahkan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud!’ Kami telah melunakkan besi untuknya. Buatlah baju-baju besi besar dan ukurlah anyamannya serta kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba: 10-11).

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga pernah menyampaikan sabda yang agung:

“Ketika seseorang dari kalian mengambil talinya lalu datang membawa seikat kayu bakar di punggungnya kemudian menjualnya agar menjaga kehormatan dirinya, ini lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia, lalu antara mereka memberinya atau menolaknya.” (HR. Al-Bukhari).

Namun, yang sangat disayangkan, kita melihat di zaman kita ini ada sebagian anak muda yang gengsi mengerjakan pekerjaan kasar, dan lebih memilih mencari sesuatu yang dapat menghasilkan uang banyak atau pekerjaan yang nyaman meski tidak produktif. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memuliakan kedudukan setiap pekerjaan lepas yang halal dan terhormat.

Kita harus mengembalikan kehormatan pekerjaan kasar, dan membuka pintu-pintu pelatihan dan pendanaan, agar kita dapat terlepas dari masalah kemiskinan dan eskalasinya.

Di antara solusi bagi masalah kemiskinan adalah dengan zakat yang diwajibkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada harta orang-orang kaya. Zakat ini diambil dari sebagian harta orang kaya dan disalurkan kepada orang-orang fakir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal ketika beliau mengutusnya ke Yaman:

“Sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan disalurkan kepada orang-orang fakir mereka.” (HR. Al-Bukhari).

Namun, sangat disayangkan, hari ini kita menyaksikan betapa banyak harta zakat yang disia-siakan atau tidak disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Betapa banyak orang kaya yang tidak membayarkan zakat harta mereka! Seandainya zakat itu dibagikan sebagaimana yang diperintahkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, niscaya tidak tersisa orang miskin dan membutuhkan di umat ini.

Di antara solusi lain dari Nabi untuk menangani masalah kemiskinan adalah dengan wakaf. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri mewakafkan sebagian tanah beliau untuk orang-orang fakir dan miskin. Ini merupakan langkah berkelanjutan untuk memerangi kemiskinan.

Yang dimaksud dengan wakaf adalah menjaga barang yang diwakafkan dan menyedekahkan manfaatnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Umar ketika ingin menyedekahkan tanahnya, “Jika kamu ingin, kamu dapat menahan tanah itu dan menyedekahkan hasilnya.” (HR. Al-Bukhari).

Ini merupakan salah satu arahan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang paling agung dalam menangani kemiskinan secara berkelanjutan.

Pada zaman kita sekarang, kita dapat mengadakan wakaf untuk membantu anak-anak yatim, orang-orang miskin, membiayai program-program kecil, pendidikan, dan kesehatan, daripada kita hanya bersandar pada bantuan-bantuan yang bersifat sementara.

Selain itu, gotong royong dapat menjadi solusi konkret untuk menangani kemiskinan. Dulu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajak orang-orang fakir untuk makan bersama, dan memerintahkan orang-orang kaya untuk menampung para Ahlu Suffah (para sahabat yang miskin dan tidak memiliki tempat tinggal sehingga mereka tinggal di bilik belakang Masjid Nabawi yang disebut Suffah). Beliau bersabda:

“Siapa yang memiliki makanan yang cukup untuk dua orang, hendaklah ia mengajak orang ketiga. Siapa yang memiliki makanan yang cukup untuk empat orang, hendaklah ia mengajak orang kelima dan keenam.”

Betapa kita membutuhkan gotong royong pada saat ini di lingkungan rumah, sekolah, dan yayasan kita! Berapa banyak keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan di tengah-tengah para tetangga yang kaya raya, tetapi orang-orang kaya itu tidak menyadari keberadaan mereka karena sudah hilangnya sikap saling gotong royong ini.

Betapa banyak kaum Muslimin yang tidur dalam keadaan lapar, sedangkan harta kaum Muslimin lainnya dihambur-hamburkan dalam kemewahan, hura-hura, dan pesta pora!

Betapa banyak anak yatim yang tidak punya tempat tinggal, sedangkan harta zakat tertimbun dan tidak disalurkan kepada orang-orang yang berhak!

Hari ini realitas kita menghadapi kemiskinan yang terus bertambah di negara-negara yang penuh dengan Sumber Daya Alam. Namun, kemiskinan itu lahir akibat kezaliman, keburukan tata kelola, dan kerusakan, bukan karena kurangnya sumber daya.

Bukankah menjadi suatu aib ketika seorang Muslim menengadahkan tangan kepada orang asing, organisasi-organisasi internasional dan kristen, padahal saudara-saudara seagama mereka adalah manusia-manusia berkecukupan, tapi sayangnya mereka enggan memberi bantuan?!

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah: 215).

Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran: 180).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan keberkahan bagi kita semua dengan Al-Qur’an Al-Azhim.

Khutbah Kedua

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan kenikmatan. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah hamba dan rasul-Nya. Semoga salawat dan salam terlimpah kepada beliau, dan keluarga serta para sahabat beliau. Amma ba’du:

Wahai hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala! Kita harus menghidupkan kembali tuntunan-tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam realitas kehidupan kita. Setiap orang yang mampu bekerja harus bekerja. Negara, para pelaku bisnis, dan lainnya harus menyediakan lowongan pekerjaan bagi generasi muda agar kehormatan mereka terjaga dan mencegah mereka dari meminta-minta.

Orang-orang kaya harus membayar zakat dan memperbanyak sedekah, karena zakat bukanlah santunan bagi orang-orang fakir, tapi justru hak yang wajib ditunaikan kepada mereka. Orang-orang kaya juga harus menghidupkan semangat berwakaf dan program-program wakaf produktif, karena itu dapat menjadi amal jariyah yang dapat menyelamatkan banyak generasi, bukan hanya beberapa orang saja.

Juga harus mengaktifkan kembali lembaga pengumpulan zakat dan jaminan sosial sesuai aturan syariat, sehingga dengan ini setiap orang yang membutuhkan dapat terpenuhi kebutuhannya.

Kembalikanlah hak orang-orang fakir! Tegakkanlah kewajiban kalian! Dan berantaslah kemiskinan dengan ilmu, amal, dan kasih sayang, bukan hanya dengan slogan dan janji-janji kosong!

Apakah ada masa tiap-tiap kita memeriksa keadaan tetangga dan kerabatnya? Apakah tiap-tiap kita menyisihkan nominal tertentu dari gajinya setiap bulan untuk diberikan kepada keluarga yang membutuhkan, meski hanya sedikit? Apakah kita sudah mencari tahu keadaan keluarga-keluarga para janda, orang-orang difabel, dan para pengangguran?

Sungguh umat kita tidak akan bangkit selama di antara kita ada yang melewati malam dalam keadaan lapar! Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Tidak beriman kepadaku, orang yang bermalam dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan karena tidak punya makanan, padahal ia mengetahuinya.”

Ya Allah, cukupkanlah kami dengan yang halal dari yang haram, dan dengan karunia-Mu dari selain-Mu!

Ya Allah, lindungilah kami dari kekafiran dan kefakiran, dari fitnah harta dan kekayaan yang membuat lupa diri! Ya Allah karuniakan kepada kami rasa cinta orang-orang fakir, kelembutan orang-orang miskin, dan kebahagiaan bersedekah!

Ya Allah, limpahkanlah salawat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan rasul-Mu, Nabi Muhammad, dan kepada keluarga dan seluruh sahabat beliau.

Mari kita mendirikan shalat!

Sumber:

https://www.alukah.net/المعالجات النبوية لأزمة الفقر (خطبة)

Sumber artikel PDF