Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Muamalah

Adab-Adab dan Kewajiban-Kewajiban Karyawan (Bagian 2)

أخلاقيات الوظيفة وواجبات الموظف

Oleh:

Dr. Mahmud bin Ahmad ad-Dosari

د. محمود بن أحمد الدوسري

الخطبة الثانية

الْحَمْدُ لِلَّهِ… أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ.. وَمِنْ أَخْلَاقِيَّاتِ الْوَظِيفَةِ، وَوَاجِبَاتِ الْمُوَظَّفِ:

10- عَدَمُ إِشْغَالِ الْغَيْرِ عَنْ تَأْدِيَةِ عَمَلِهِ: بَعْضُ الْمُوَظَّفِينَ كَلٌّ عَلَى زُمَلَائِهِ فِي الْعَمَلِ؛ فَلَيْسَ هُوَ بِالْعَامِلِ الْمُخْلِصِ فِي عَمَلِهِ، وَلَا يَدَعُ الْمُوَظَّفِينَ يَعْمَلُونَ؛ فَهُوَ يَشْغَلُهُمْ عَنْ تَأْدِيَةِ وَاجِبَاتِهِمُ الْوَظِيفِيَّةِ[انظر: موسوعة الأخلاق، (453)]. وَفِي التَّنْزِيلِ شَبِيهٌ بِهَذَا الْعَامِلِ السَّلْبِيِّ الَّذِي لَا يَأْتِي بِخَيْرٍ، قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴾ [النَّحْلِ: 76].

Khutbah Kedua

Segala puji hanya bagi Allah. Wahai kaum Muslimin!

Di antara adab dan kewajiban karyawan lainnya adalah:

  1. Tidak disibukkan hal lain dari mengerjakan pekerjaannya

Sebagian karyawan atau pegawai menjadi beban bagi teman-teman kerjanya. Ia tidak fokus dalam pekerjaannya dan tidak juga membiarkan karyawan lain bekerja, sehingga ia membuat mereka sibuk dari menjalankan kewajiban pekerjaan mereka. (Lihat: Kitab Mausu’ah al-Akhlaq hlm. 453). Dalam Al-Qur’an telah disebutkan perumpamaan pekerja yang tidak produktif seperti ini. Allah Ta’ala berfirman:

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهُّ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Allah (juga) membuat perumpamaan dua orang laki-laki, yang seorang bisu tidak dapat berbuat sesuatu sehingga dia menjadi beban penanggungnya. Ke mana saja disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Apakah sama orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat adil dan dia berada di jalan yang lurus?” (QS. An-Nahl: 76).

11- الْعَلَاقَةُ الْحَسَنَةُ مَعَ الْآخَرِينَ: فَالْمُوَظَّفُ الْمُوَفَّقُ: يَبْنِي عَلَاقَاتٍ حَسَنَةً مَعَ الْآخَرِينَ؛ بِالصِّدْقِ وَالشَّفَافِيَّةِ، وَالْوُضُوحِ، فَلَا يَبْحَثُ عَنْ زَلَّاتِهِمْ وَأَخْطَائِهِمْ، وَيَكُفُّ لِسَانَهُ عَنْ أَعْرَاضِهِمْ، وَدَائِمًا مَا يَتَبَسَّمُ لَهُمْ، وَيَكْسِبُ قُلُوبَهُمْ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ» صَحِيحٌ – رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ. فَمِنْ أَيْسَرِ الصَّدَقَاتِ إِظْهَارُ الْبِشْرِ وَالْبَشَاشَةِ لِلْمُسْلِمِينَ[انظر: فيض القدير، (3/ 226)]، قَالَ ابْنُ بَطَّالٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: (فِيهِ أَنَّ لِقَاءَ النَّاسِ بِالتَّبَسُّمِ، وَطَلَاقَةِ الْوَجْهِ مِنْ أَخْلَاقِ النُّبُوَّةِ، وَهُوَ مُنَافٍ لِلتَّكَبُّرِ، وَجَالِبٌ لِلْمَوَدَّةِ)[شرح صحيح البخاري، (5/ 193)].

وَأَمَّا الْمُوَظَّفُ الْعَاجِزُ: دَائِمًا مَا يَفْتَعِلُ الْمَشَاكِلَ وَالْأَزَمَاتِ مَعَ الْآخَرِينَ، وَيَقْصُرُ نَظَرَهُ عَلَى الْأَخْطَاءِ، وَالْعَاقِلُ لَا يَبْحَثُ عَنِ الْأَخْطَاءِ؛ بَلْ يُشَجِّعُ الْإِيجَابِيَّاتِ حَتَّى تَتَآلَفَ الْقُلُوبُ[انظر: أخطاؤنا في معالجة الأخطاء، (ص12)].

  1. Menjaga hubungan baik dengan orang lain

Karyawan yang baik akan membangun hubungan yang baik dengan orang lain dengan penuh kejujuran, transparansi, dan kejelasan. Ia tidak mencari-cari kesalahan dan kekeliruan orang lain, menjaga lisannya dari mencederai kehormatan mereka, senantiasa memasang senyum bagi mereka, dan menarik hati mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah perbuatan yang bernilai sedekah bagimu.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).

Di antara sedekah yang paling mudah adalah menampakkan wajah yang berseri dan penuh keramahan kepada kaum Muslimin. (Lihat: Kitab Faidh al-Qadir jilid 3 hlm. 226).

Ibnu Baththal Rahimahullah berkata, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa bertemu dengan orang lain dengan tersenyum dan wajah berseri adalah salah satu akhlak Nabi, sikap ini bertentangan dengan sikap sombong, dan dapat mengundang kasih sayang.” (Kitab Syarh Shahih Al-Bukhari jilid 5 hlm. 193).

Adapun karyawan yang buruk akan senantiasa menyulut masalah dan konflik dengan orang lain, pandangannya hanya tertuju pada kesalahan. Padahal orang yang berakal tidak akan mencari-cari kesalahan, tapi justru membangun suasana positif agar hati saling terjalin. (Lihat: Kitab Akhthauna fi Mu’alajah Al-Akhtha hlm. 12).

12- التَّعَاوُنُ مَعَ الزُّمَلَاءِ وَالرُّؤَسَاءِ وَالْعُمَلَاءِ: التَّعَاوُنُ: هُوَ الْمُسَاعَدَةُ عَلَى الْحَقِّ؛ ابْتِغَاءَ الْأَجْرِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى. وَالتَّعَاوُنُ الْمَطْلُوبُ: هُوَ أَنْ يُسَخِّرَ الْمُوَظَّفُ طَاقَاتِهِ وَإِمْكَانَاتِهِ فِي خِدْمَةِ دِينِهِ، وَمُجْتَمَعِهِ، وَزُمَلَائِهِ؛ فَتَرْتَاحُ لَهُ النُّفُوسُ، وَيَنْعَكِسُ ذَلِكَ إِيجَابِيًّا عَلَى أَدَاءِ الْعَمَلِ. قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ﴾ [الْمَائِدَةِ: 2]؛ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِلَّهِ قَوْمًا ‌يَخْتَصُّهُمْ ‌بِالنِّعَمِ لِمَنَافِعِ الْعِبَادِ، وَيُقِرُّهَا فِيهِمْ مَا بَذَلُوهَا، فَإِذَا مَنَعُوهَا نَزَعَهَا مِنْهُمْ فَحَوَّلَهَا إِلَى غَيْرِهِمْ» حَسَنٌ – رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي “قَضَاءِ الْحَوَائِجِ”، وَالطَّبَرَانِيُّ فِي “الْأَوْسَطِ”.

  1. Membangun kerjasama dengan teman kerja, atasan, dan bawahan

Kerjasama harus berupa tolong-menolong dalam kebenaran dengan tujuan meraih pahala dari Allah Ta’ala. Kerjasama yang seharusnya dari karyawan adalah menggunakan sumber daya dan kemampuannya untuk melayani agama, masyarakat, dan teman-temannya, sehingga jiwa orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi damai dan memberi efek positif dalam pelaksanaan pekerjaan. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ قَوْمًا ‌يَخْتَصُّهُمْ ‌بِالنِّعَمِ لِمَنَافِعِ الْعِبَادِ، وَيُقِرُّهَا فِيهِمْ مَا بَذَلُوهَا، فَإِذَا مَنَعُوهَا نَزَعَهَا مِنْهُمْ فَحَوَّلَهَا إِلَى غَيْرِهِمْ

“Sesungguhnya Allah memiliki kaum-kaum yang Allah istimewakan dengan nikmat-nikmat untuk memberi manfaat bagi hamba-hamba yang lain. Allah tetap mengekalkan nikmat-nikmat itu pada mereka selama mereka tetap memberikannya kepada orang lain. Namun, apabila mereka enggan memberikan nikmat-nikmat itu kepada orang lain, Allah akan mencabutnya dari mereka, lalu mengaruniakannya kepada kaum lainnya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Qadha Al-Hawaij, dan oleh ath-Thabrani dalam kitab Al-Awsath).

13- النَّصِيحَةُ لِلزُّمَلَاءِ سِرًّا: فَالْعَاقِلُ: مَنْ يَنْصَحُ سِرًّا، وَلَا يَفْضَحُ، وَفَرْقٌ بَيْنَ النَّصِيحَةِ وَالتَّعْيِيرِ، فَيُرْشِدُ بِالْمَعْرُوفِ، وَإِذَا وَجَدَ الْخَلَلَ سَدَّهُ، أَوْ أَبْصَرَ النَّقْصَ أَكْمَلَهُ، فَالْكَمَالُ عَزِيزٌ، وَمَنْ نَصَحَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ زَانَهُ، وَمَنْ وَعَظَهُ عَلَانِيَةً فَقَدْ شَانَهُ.

تَعَمَّدْنِي بِنُصْحِكَ فِي انْفِرَادِي وَجَنِّبْنِي النَّصِيحَةَ فِي الْجَمَاعَهْ 

فَإِنَّ النُّصْحَ بَيْنَ النَّاسِ نَوْعٌ مِنَ التَّوْبِيخِ لَا أَرْضَى اسْتِمَاعَهْ 

فَإِنْ خَالَفْتَنِي وَعَصَيْتَ أَمْرِي فَلَا تَغْضَبْ إِذَا لَمْ تُعْطَ طَاعَهْ[ديوان الإمام الشافعي، (ص96)]

  1. Menasihat teman kerja secara empat mata

Orang yang berakal akan memberi nasihat secara empat mata dan tidak mempermalukannya di depan khalayak ramai. Amat besar perbedaan antara nasihat dan celaan. Sehingga hendaklah ia memberi arahan dengan cara yang baik, dan apabila menemukan atau melihat kekurangan orang lain, ia segera menutup kekurangan itu, karena kesempurnaan adalah barang langka. Barang siapa yang menasihati saudaranya secara empat mata, berarti ia menginginkan agar saudaranya menjadi lebih baik, tapi barang siapa yang menasihatinya secara terang-terangan, maka ia telah merusaknya.

Dalam syair disebutkan:

تَعَمَّدْنِي بِنُصْحِكَ فِي انْفِرَادِي وَجَنِّبْنِي النَّصِيحَةَ فِي الْجَمَاعَهْ 

Nasihatilah aku saat sedang sendiri

Dan janganlah menasihatiku di hadapan khalayak ramai

فَإِنَّ النُّصْحَ بَيْنَ النَّاسِ نَوْعٌ مِنَ التَّوْبِيخِ لَا أَرْضَى اسْتِمَاعَهْ 

Karena nasihat di depan banyak orang itu adalah 

Bentuk celaan yang tidak ingin aku dengar

فَإِنْ خَالَفْتَنِي وَعَصَيْتَ أَمْرِي فَلَا تَغْضَبْ إِذَا لَمْ تُعْطَ طَاعَهْ

Apabila kamu menyelisihi permintaanku ini

Maka janganlah marah jika kamu tidak ditaati

(Kitab Diwan Al-Imam asy-Syafi’i hlm. 96).

14- عَدَمُ الِاسْتِمَاعِ لِلْوُشَاةِ: الَّذِينَ يَنْقُلُونَ الْكَلَامَ؛ لِلْإِضْرَارِ، وَإِيقَاعِ الْعَدَاوَةِ بَيْنَ النَّاسِ، وَلَا سِيَّمَا الْأَقْرَانُ فِي الْعَمَلِ، فَلَا يَنْقُلُ الْعَيْبَ إِلَّا مَعِيبٌ، وَمَنْ نَمَّ لَكَ نَمَّ بِكَ.

  1. Tidak mendengarkan ucapan para pemfitnah

Ada orang-orang yang suka menyebarkan berita dengan maksud yang tidak baik, menyulut api permusuhan di antara manusia, dan terlebih lagi di kalangan rekan-rekan kerja. Oleh sebab itu, janganlah melakukan hal tersebut, karena tidaklah ada orang yang menyebar aib orang lain kecuali ia punya banyak aib, dan tidaklah ada orang yang menyebar aib orang lain kepadamu melainkan ia juga akan menyebar aibmu kepada orang lain.

15- شُكْرُ النَّاسِ: قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَشْكُرُ اللَّهَ؛ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ» صَحِيحٌ – رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ. وَشُكْرُ زُمَلَاءِ الْعَمَلِ عَلَى الْمَعْرُوفِ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ، وَالشُّكْرُ أَحَدُ الْحَوَافِزِ الْمَعْنَوِيَّةِ الْمُؤَثِّرَةِ فِي النَّاسِ إِيجَابِيًّا.

  1. Berterima kasih kepada orang lain

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يَشْكُرُ اللَّهَ؛ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidaklah Allah menerima syukur seseorang yang tidak bersyukur kepada orang lain.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud).

Berterima kasih kepada rekan-rekan kerja atas kebaikan mereka merupakan bentuk akhlak yang mulia. Ucapan terima kasih adalah salah satu penyemangat moral yang sangat berpengaruh positif terhadap orang lain.

Sumber: https://www.alukah.net/أخلاقيات الوظيفة وواجبات الموظف (خطبة)

Artikel PDF

Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28