السؤال
ما حكم دراسة أو تدريس التجارة التي تتعلق موادها بالحساب ودراسات الأعمال والاقتصاد وبعض المواد المتعلقة بالكفاءات الوظيفية والمتعلقة بالحسابات؟ مع العلم أن دراسة مثل هذه المواد تتطلب دراسة أشياء غير جائزة في الإسلام وهذا الجزء دراسته إجبارية مثل جزء الفائدة والفائدة على التعاملات والتأمين والقانون الإنجليزي والضرائب وهكذا. وعلى الطلاب أن يقوموا بدراسة هذه الدروس لتخطي الامتحانات والحصول علي النجاح .
Pertanyaan:
Apa hukum mempelajari dan mengajar mata pelajaran Perdagangan yang materinya berkaitan dengan Akuntansi, Studi Bisnis, dan Ekonomi, serta materi-materi lain yang berhubungan dengan kualifikasi profesional dan penghitungan transaksi-transaksi keuangan?
Perlu diketahui bahwa pembelajaran mata pelajaran ini menuntut mempelajari materi-materi yang terlarang dalam Islam. Sebagian materinya adalah materi yang sifatnya wajib, seperti tentang bunga, yakni bunga dalam berbagai transaksi dan asuransi dan tentang hukum positif Inggris, perpajakan, dan lain sebagainya. Para siswa harus mengikuti pelajaran-pelajaran ini agar bisa mengikuti ujian dan lulus.
الجواب
الحمد لله.
لا حرج في دراسة المواد التجارية المحاسبية وإن اشتملت على أمور محرمة كالربا والضرائب ، بشرط أن يكون الدارس أو المدرس معتقدا تحريم ما حرم الله من ذلك ، وإنما يدرس هذه المواد للوقوف على ما فيها من الشر والباطل ، أو ليستفيد منها فيما لا يخالف الشرع ؛ فإن جميع الشركات والمؤسسات تحتاج إلى هذا العلم ، والاستفادة منه . وكذلك دراسة المواد القانونية ، للوقوف على باطلها والتحذير منها أو للاستفادة من النافع منها مع البراءة مما فيها من الباطل .
Jawaban:
Alhamdulillah. Tidak mengapa mempelajari ilmu Akuntansi Perniagaan, meskipun mengandung perkara-perkara yang diharamkan seperti riba dan pajak, dengan syarat bahwa murid atau guru tersebut meyakini keharaman hal-hal yang diharamkan Allah tersebut. Jadi tujuan mempelajari mata pelajaran tersebut hanyalah untuk memahami keburukan dan kebatilan yang terkandung di dalamnya atau mengambil manfaatnya yang tidak bertentangan dengan syariat, karena faktanya, semua perusahaan dan organisasi membutuhkan ilmu ini dan mengambil manfaat darinya.
Begitu pula mempelajari mata pelajaran Hukum, tujuannya adalah untuk memahami keburukan dan kebatilan yang terkandung di dalamnya serta memperingatkan orang-orang tentangnya atau mengambil sesuatu yang bermanfaat darinya dengan tetap berlepas diri (mengingkari, pent.) terhadap berbagai kebatilan yang ada di dalamnya.
وقد سئل الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله عن حكم دراسة القوانين الوضعية فأجاب : “أما الدارسون للقوانين والقائمون بتدريسها فهم أقسام
القسم الأول
من درسها أو تولى تدريسها ليعرف حقيقتها ، أو ليعرف فضل أحكام الشريعة عليها ، أو ليستفيد منها فيما لا يخالف الشرع المطهر ، أو ليفيد غيره في ذلك ، فهذا لا حرج عليه فيما يظهر لي من الشرع ، بل قد يكون مأجورا ومشكورا إذا أراد بيان عيوبها وإظهار فضل أحكام الشريعة عليها ، وأصحاب هذا القسم حكمهم حكم من درس أحكام الربا وأنواع الخمر وأنواع القمار ونحوها كالعقائد الفاسدة ، أو تولى تدريسها ليعرفها ويعرف حكم الله فيها ويفيد غيره ، مع إيمانه بتحريمها كإيمان القسم السابق بتحريم الحكم بالقوانين الوضعية المخالفة لشرع الله عز وجل
Syekh Abdul Aziz bin Baz —Semoga Allah Merahmatinya— pernah ditanya tentang hukum mempelajari hukum buatan manusia, lalu beliau menjawab bahwa orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan hukum tersebut terbagi dalam tiga kategori:
Kategori pertama, orang yang mempelajarinya atau yang mengajarkannya untuk mengetahui hakikatnya atau untuk mengetahui bahwa hukum-hukum syariat lebih unggul daripada hukum tersebut, atau untuk mengambil suatu manfaat yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, atau untuk memberi manfaat bagi orang lain dengan hal tersebut. Dalam hal ini, dari sudut pandang syariat sejauh yang saya pahami, hukumnya tidak mengapa, bahkan mungkin dia telah berjasa dan berpahala jika dia berusaha menyingkap kesalahannya dan menunjukkan keunggulan hukum syariat. Hukum orang-orang dalam kategori ini hukumnya sama dengan hukum orang-orang yang mempelajari hukum-hukum riba, jenis-jenis miras, atau bentuk-bentuk perjudian serta hal-hal lain, seperti akidah-akidah sesat. Sama juga hukumnya dengan orang yang mengajarkan hal-hal tersebut agar orang-orang mengetahui (kerusakan)nya dan memahami hukum Allah atau memberi manfaat pada orang lain dengan hal tersebut.
مع إيمانه بتحريمها كإيمان القسم السابق بتحريم الحكم بالقوانين الوضعية المخالفة لشرع الله عز وجل ، وليس حكمه حكم من تعلم السحر أو علمه غيره ؛ لأن السحر محرم لذاته لما فيه من الشرك وعبادة الجن من دون الله فالذي يتعلمه أو يعلمه غيره لا يتوصل إليه إلا بذلك أي بالشرك بخلاف من يتعلم القوانين ويعلمها غيره لا للحكم بها ولا باعتقاد حلها ولكن لغرض مباح أو شرعي كما تقدم …” انتهى من “مجموع فتاوى الشيخ ابن باز” (2 / 231) وينظر تتمة كلامه في جواب السؤال رقم (12874) . وينظر للفائدة : جواب السؤال رقم (103181) .
Meskipun demikian, semua itu harus disertai dengan keimanan bahwa semua itu hukumnya haram, sebagaimana orang-orang dalam kategori pertama tadi juga harus beriman dengan haramnya hukum buatan manusia yang bertentangan dengan hukum Allah ʿAzza wa Jalla.
Jadi, hukum orang-orang tersebut (yang mempelajari hal-hal haram di atas) tidak sama dengan hukum orang yang belajar sihir atau mengajarkannya kepada orang lain, karena sihir itu sendiri hukumnya haram karena mengandung syirik dan peribadatan kepada jin serta kepada selain Allah. Orang yang mempelajarinya (sihir) atau mengajarkannya kepada orang lain tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan melakukannya, yakni melakukan syirik.
Hal ini berbeda dengan mempelajari hukum-hukum (buatan manusia) dan mengajarkannya kepada orang lain, yang tidak berarti bahwa dia menerapkan hukum tersebut serta meyakini kehalalannya, melainkan hanya untuk tujuan yang sifatnya mubah atau sesuai dengan syariat, sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya. … Selesai kutipan dari Majmū’ Fatāwā asy-Shaikh Bin Bāz (2/231). Baca penjelasan beliau secara lengkap pada jawaban pertanyaan nomor 12874. Untuk tambahan faedah, baca juga jawaban pertanyaan nomor 103181.
ويشترط في الدارس لهذه المواد أن يكون على علم وبصيرة بأحكام الشرع ، بحيث يؤمن عليه الاغترار بالباطل والتأثر بما يعرض من الشبهات ، فإن أشكل عليه شيء من ذلك بادر بسؤال أهل العلم ، ليتميز له الحق من الباطل ، والصواب من الخطأ .
Orang yang mempelajari materi ini dipersyaratkan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang hukum-hukum Islam, sehingga dia aman darinya dan tidak tertipu dengan kebatilan dan tidak terkena pengaruh syubhat-syubhatnya. Jika dia mendapati suatu kebingungan dalam suatu hal, hendaknya dia segera bertanya kepada ulama agar dia bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil serta mana yang benar dari yang salah.
جاء في “فتاوى اللجنة الدائمة” (14 / 232) : ” لا يجوز تعلم القوانين الوضعية لتطبيقها ، ما دامت مخالفة لشرع الله ، وتجوز دراستها وتعلمها لبيان ما فيها من دخل وانحراف عن الحق ، ولبيان ما في الإسلام من العدل والاستقامة والصلاح ، وما فيه من غنى وكفاية لمصالح العباد. ولا يجوز لمسلم أن يدرس الفلسفة والقوانين الوضعية ونحوهما ، إذا كان لا يقوى على تمييز حقها من باطلها خشية الفتنة والانحراف عن الصراط المستقيم
Disebutkan dalam Fatāwā al-Lajnah ad-Dāʾimah (14/232), “Tidak boleh mempelajari hukum buatan manusia untuk menerapkannya jika hukum tersebut bertentangan dengan hukum Allah. Namun boleh mempelajarinya dan memahaminya untuk menunjukkan kebatilan yang dikandungnya dan penyimpangannya dari kebenaran serta menjelaskan keadilan, kebenaran, dan kebaikan hukum Islam dan menerangkan bahwa yang terkandung di dalamnya sudah cukup dan mencukupi untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan umum umat manusia.
Seorang muslim tidak boleh mempelajari filsafat, hukum buatan manusia, dan ilmu-ilmu semisalnya jika dia tidak memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, karena dikhawatirkan akan terjerumus dalam penyimpangan dan keluar dari jalan yang lurus.
ويجوز لمن يهضمها ويقوى على فهمها بعد دراسة الكتاب والسنة ؛ ليميز خبيثها من طيبها ، وليحق الحق ويبطل الباطل ، ما لم يشغله ذلك عما هو أوجب منه شرعا ، وبهذا يُعلم أنه لا يجوز تعميم تعليم ذلك في دور العلم ومعاهده ، بل يكون لمن تأهل له من الخواص ؛ ليقوموا بواجبهم الإسلامي من نصرة الحق ودحض الباطل ” انتهى . والله أعلم .
Namun hal tersebut boleh dipelajari oleh orang yang mampu menguasainya dan memahaminya, setelah mempelajari al-Quran dan sunah, dengan tujuan agar dia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk sehingga mewujudkan kebenaran dan memberantas kebatilan, asalkan hal itu tidak memalingkannya dari hal-hal yang lebih wajib baginya secara syariat. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa tidak boleh mengajarkannya secara umum di berbagai akademi dan lembaga pendidikan; melainkan harus (diajarkan) secara khusus bagi orang yang memiliki spesialisasi di bidang ini demi bisa menjalankan tugas agama mereka, yaitu menolong kebenaran dan menyingkap kebatilan. Selesai kutipan. Allah Yang lebih Mengetahui.
Sumber:
https://islamqa.info/ar/answers/141894/حكم-دراسة-المحاسبة-والاقتصاد-مع-ما-فيهما-من-مخالفة-للشرع