Melunasi Utang Orang Lain dengan Zakat
Tanya:
Assalamu’alaikum. Tanya Pak : Seseorang A mempunyai hutang kepada B. Karena miskin si A tidak mampu membayar hutangnya.Kemudian ada si C yang melunasi hutang si A kepada si B, namun uang si C itu berupa zakat. Jadi Si C langsung membayar zakat kepada si B, dg peruntukan melunasi hutang si A. Bolehkah yang demikian? Ataukah Si C harus memberikan kepada si A terlebih dahulu?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,
فلا مانع من صرف الزكاة إلى المدين لسداد دينه لأنه من صنف الغارمين المستحقين للزكاة، وأما إعطاء الزكاة إلى الدائن، فإن كان ذلك بإذن المدين (الغارم) فلا إشكال، وإن كان بدون إذنه فمحل خلاف بين الفقهاء، فذهب الحنفية الشافعية إلى أن ذلك لا يجزئ، وذهب الحنابلة إلى إجزائه، قال في الإنصاف: لو وضع المالك إلى الغريم بلا إذن الفقير فالصحيح من المذهب أنه يصح.
Tidak masalah menyerahkan zakat kepada orang yang memiliki utang untuk melunasi utangnya. Karena dia termasuk golongan al-Gharimin (orang yang memiliki beban utang), yang berhak menerima zakat.
Adapun menyerahkan zakat itu langsung kepada orang yang menghutangi (kreditor), maka di sana ada rincian,
- Jika pelunasan utang ini atas izin orang yang memiliki utang (debitor), maka tidak ada masalah.
- Jika pelunasan ini tanpa izin dari orang yang berhutang, maka ulama berbeda pendapat.
Hanafiyah dan Syafiiyah berpendapat zakatnya tidak sah. sementara ulama hambali berpendapat zakatnya sah.
Dalam kitab al-Inshaf – kitab fiqih hambali – dinyatakan,
لو وضع المالك إلى الغريم بلا إذن الفقير فالصحيح من المذهب أنه يصح
Jika pemilik harta langsung menyerahkan uang ke pemberi utang (kreditor) tanpa izin si fakir (debitor), pendapat yang kuat dalam madzhab, zakatnya sah.
Sementara dalam Fatawa Hindiyah – kitab fikih madzhab hanafi – dinyatakan,
ولو قضى دين الفقير بزكاة ماله: إن كان بأمره يجوز، وإن كان بغير أمره لا يجوز، وسقط الدين
Untuk kasus orang melunasi utang orang fakir dengan zakat hartanya, jika dengan izin si fakir, hukumnya boleh. Jika tanpa izin dari si fakir, hukumnya tidak boleh, meskipun utang tetap lunas.
An-Nawawi dalam al-Majmu’ mengatakan,
ولا يجوز صرفه إلى صاحب الدين إلا بإذن من عليه الدين، فلو صرف بغير إذنه لم يجزئ الدافع عن زكاته، ولكن يسقط من الدين بقدر المصروف
Tidak boleh memberikan zakat kepada pemilik utang (kreditor) kecuali dengan izin orang yang berutang. Jika dia menyerahkannya tanpa izin orang yang berutang, zakatnya tidak sah, meskipun utangnya lunas sebesar yang telah dibayarkan.
Komentar Lembaga Fatawa Syabakah Islamiyah, setelah membawakan perbedaan pendapat para ulama di atas,
فالأحوط هو إخبار المدين واستئذانه في قضاء الدين عنه، أ وتسليمه المال ليسدد دينه بنفسه
Yang lebih hati-hati, memberi tahu pihak yang berutang (debitor) dan meminta izin kepadanya untuk melunasi utangnya. Atau kita serahkan zakat itu kepadanya, agar dia melunasi utangnya sendiri.
Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 43511.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
PengusahaMuslim.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial