Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Artikel, Entrepreneurship, Kisah Sukses, Pemasaran, Perdagangan, Research and Development

Kursi Aeron Dan Kenapa Perusahaan Anda Terkadang Tidak Butuh Riset Pasar (bagian 2)

Lanjutan dari tulisan pertama: Kursi Aeron dan Kenapa Perusahaan Anda terkadang tidak butuh Riset Pasar (Bagian 1)

Ketika melihat Aeron untuk pertama kalinya, kalangan arsitek dan desainer merasa terkejut dengan betapa radikalnya Aeron. Tapi meskipun mereka anggap aneh, mereka tampaknya bisa mengerti dengan keadaan itu. Tapi lain lagi dengan para facility manager dan pakar ergonomik, mereka memberikan komentar unik sekaligus pedas. Diantara mereka ada yang bilang kalau Aeron mirip kursi daur ulang. Ada juga yang bilang kursi ini mirip jok mobil model lama atau kuno. Ada lagi yang bilang kalau kursi ini mengingatkannya dengan kursi kebun, yang seharusnya dijual murah saja. Dan terakhir yang paling lucu adalah ketika ada yang berkata bahwa Aeron membuatnya teringat akan kursi perlengkapan syuting film Robocop. Wakakaka ….. kalau produk antum dinilai seperti ini, maukah Antum tetap menjualnya ataukah …… ?

2

___________________

Herman Miller, Inc. tetap ngotot ingin menjualnya!

Ketika riset pasar dan kesan pertama para pengamat tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Herman Miller, Inc. hanya punya tiga pilihan. Mendaur ulang kursi revolusioner ini dengan bentuk yang lain lagi atau merombak ulang rancangan dan proses manufakturnya dengan menambahkan bantalan busa supaya terkesan lebih lembut dan “elegan” atau …… tetap nekat berjualan. Herman Miller akhirnya mengambil pilihan ketiga. Dan mereka tampaknya mengambil keputusan yang tepat. Walau tidak langsung terlihat.

Pada awal-awal penjualan, kursi unik ini memang tidaklah serta merta menjadi barang laris yang cepat habis. Tapi tim dari Herman Miller tidak terlalu ambil pusing dengan hasil penjualan Aeron yang biasa-biasa saja. Alih-alih berputus asa, pihak Herman Miller justru berusaha untuk mengedukasi publik tentang betapa bentuk aneh yang menjadi wujud Aeron merupakan konsekuensi dari keinginan mereka untuk memproduksi sebuah kursi yang benar-benar ergonomik dibanding produk-produk sebelumnya.

Dan hasil kerja mereka tampaknya tidak mengecewakan. Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dari peluncurannya, Aeron seringkali mendapatkan pujian, khususnya dari kalangan seniman ataupun para pecinta estetika lainnya. Mereka menganggap bahwa Aeron pantas dipuji dari sisi fungsinya. Walau belum dari sisi estetikanya.

Evolusi Opini dalam Estetika

Perlahan tapi pasti, Aeron mulai berubah. Well, sebenarnya kursi Aeron tidak berubah sama sekali. Aeron tetaplah Aeron, sebuah kursi unik tanpa bantalan busa. Yang berubah adalah pandangan masyarakat atau konsumen terhadapnya. Awalnya Aeron seringkali dicap sebagai kursi dengan desain yang “aneh”, kata aneh sebenarnya adalah bentuk halus dari “buruk”. Atau dengan kalimat yang lengkap, “Kursi (Aeron) ini buruk sekali. Buat apa kami membeli sesuatu yang awalnya saja sudah kami anggap buruk?

Berubahnya pandangan masyarakat terhadap Aeron sendiri tampaknya bukanlah sesuatu yang serta merta terjadi. Ada proses khusus yang harus dilaluinya. Dan itu tidak bisa dibilang “instan” juga. Setidaknya ada beberapa momen penting dalam riwayat Aeron yang mampu membuat kursi berwarna hitam ini berubah dari kursi yang “buruk” menjadi kursi yang cantik. Pertama adalah ketika Aeron memenangkan penghargaan “Design of The Decade” dari Industrial Designers Society of America pada tahun 2000 – enam tahun setelah Aeron diperkenalkan untuk pertama kalinya. Kedua, dan ini yang paling penting, adalah ketika kursi mirip kerangka serangga pra sejarah ini mulai digemari oleh kalangan pengusaha dari Silicon Valley, California, New York, sampai masuk ke Hollywood melalui film bioskop atau televisi. Di masa itu, tidak salah bila banyak yang menyebut Aeron bagaikan sebagai sebuah “Macbook” dalam dunia kursi kantor. Begitu digemari, dikultuskan, dan …. begitu penting untung ditiru. Sampai sekarang.

Khusus untuk popularitas Aeron di wilayah Silicon Valley, Amy Standen punya cerita menarik untuk disajikan di sini. Dalam artikelnya yang muncul di Salon tahun 2001 dengan judul “Holding up the rear Where did all that start-up money go? Clue No. 1: Today’s dot-com auctions are flooded with opulent Aeron chairs.” , Amy mengungkap sebuah fakta unik dibalik kursi mahal ini. Pada waktu terjadinya dot-com boom (baca: meningkatnya popularitas perusahaan-perusahaan berbasis web dan teknologi informasi di Amerika Serikat), Aeron seringkali dijadikan sebagai simbol kemakmuran/kejayaan sebuah perusahaan. Bagi sebuah perusahaan dot com kala itu, Aeron bagaikan agen spesial yang bisa menyampaikan kepada investor tentang betapa serius dan meyakinkannya perusahaan mereka. Dan kepada reporter yang sering mewawancarai mereka, Aeron bisa menjadi sebuah telegram super cepat untuk menyatakan sebuah kesuksesan yang nyata.

Di era dot com boom, Herman Miller, Inc. pastinya girang. Kursi yang awalnya hanya dianggap sebagai kerangka hewan pra sejarah, akhirnya malah menjadi buruan karyawan-karyawan muda yang memenuhi kubik-kubik kantor mewah di lembah Silikon. Jadi, selamat tinggal riset pasar ….

Ps:

Oh ya, ternyata kursi Aeron juga memiliki fungsi lain selain sebagai tempat duduk. Sekarang kursi jutaan rupiah ini juga digunakan oleh para peserta liga hoki “Aeron Office Hockey“. Dan coba tebak siapa penyelenggaranya, Authorized Reseller Herman Miller Inc. di Indonesia. Cek saja di situsnya kalau tidak percaya. Soal kreativitas, orang Indonesia memang tidak kalah ya. Hahahahah …. ada-ada saja.

Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28