Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Artikel, Motivasi Diri

Kebangkitan Bangsa dengan Bekerja (Bag. 1)

بالعمل تنهض الأمم

مرَّ على النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم رجلٌ فرأَى أصحابُ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من جلَدِه ونشاطِه فقالوا: يا رسولَ اللهِ ، لو كان هذا في سبيلِ اللهِ؟ فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: “إن كان خرج يسعَى على ولدِه صِغارًا فهو في سبيلِ اللهِ وإن كان خرج يسعَى على أبوَيْن شيخَيْن كبيرَيْن فهو في سبيلِ اللهِ وإن كان خرج يسعَى على نفسِه يعفُّها فهو في سبيلِ اللهِ وإن كان خرج يسعَى رياءً ومُفاخَرةً فهو في سبيلِ الشَّيطانِ”رواه الطبراني.

Suatu hari, ada seorang laki-laki yang berjalan melewati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu bersama para sahabat. Lalu para sahabat merasa takjub atas apa yang mereka lihat dari ketabahan dan semangatnya, sehingga mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Andai (pekerjaan) ini di jalan Allah!” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika dia keluar rumah untuk bekerja demi anaknya yang masih kecil, maka itu adalah bekerja di jalan Allah, jika dia keluar rumah untuk bekerja demi kedua orang tuanya yang sudah tua, maka itu adalah bekerja di jalan Allah, dan jika dia keluar rumah untuk bekerja demi dirinya sendiri agar dapat menjaga kehormatan dirinya, maka itu juga adalah bekerja di jalan Allah. Namun, jika dia keluar rumah untuk bekerja hanya karena ingin riya dan menyombongkan diri, maka itu adalah bekerja di jalan setan.” (HR. ath-Thabrani).

ففي هذه الجمل المختصرة والكلمات الموجزات لخص النبي صلى الله عليه وسلم ما يمكن أن يقال عن قيمة العمل في مجلدات ومؤلفات.

ويرسي النبي صلى الله عليه وسلم هنا قواعد في غاية السمو؛ إذ كل عمل مهما كان حجمه إنما يكتسب قيمته من دوافعه وبواعثه وغاياته.

إن رسول الله الذي كان دأبه العبادة والتنسك والذي يحمل راية دين لا يعرف الدنيا إلا معبرا للآخرة يحفل بالعمل ويحتفي به حفاوة تجعله عبادة ونسكا وقربة في سبيل الله تعالى.

إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قد أحب العمل ورغب أمته فيه، وكره البطالة والكسل وحذر أمته منه؛ فرغب بني أمته في الأكل من كسب اليد ، بل جعله خير ما يأكله العبد فيقول: “ما أَكَلَ أَحَدٌ طعامًا قطُّ ، خيرًا من أن يأكلَ من عملِ يدِه ، وإنَّ نبيَّ اللهِ داودَ عليهِ السلامُ كان يأكلُ من عملِ يدِه”رواه البخاري.

إنه نمط رفيع من أنماط الكرامة والشرف أن تأكل من عمل يدك.

Dalam ungkapan singkat dan kalimat ringkas ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merangkum sesuatu yang mungkin harus diungkapkan dalam buku yang berjilid-jilid tentang nilai pentingnya bekerja. Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengokohkan kaidah-kaidah yang begitu mulia, yang mana setiap pekerjaan —sekecil apapun itu— akan memiliki nilainya sesuai dengan dorongan, motif, dan tujuannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam —yang kebiasaannya adalah beribadah dan mengemban tugas penegakan agama serta tidak mengenal dunia kecuali sebagai jembatan menuju akhirat— juga sangat perhatian dan memberi penghargaan terhadap pekerjaan, serta menjadikannya sebagai ibadah dan sarana untuk mendekatkan diri di jalan Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai pekerjaan dan menganjurkan umatnya untuk bekerja. Beliau juga membenci sikap berpangku tangan dan malas, dan memperingatkan umatnya dari sikap itu. Beliau mendorong umatnya untuk makan dari hasil kerjanya. Bahkan Beliau menjadikan itu adalah sebaik-baik makanan yang dimakan oleh seorang hamba. Beliau bersabda:

ما أَكَلَ أَحَدٌ طعامًا قطُّ ، خيرًا من أن يأكلَ من عملِ يدِه ، وإنَّ نبيَّ اللهِ داودَ عليهِ السلامُ كان يأكلُ من عملِ يدِه

“Tidaklah seseorang memakan makanan apapun yang lebih baik daripada memakan sesuatu dari hasil kerjanya. Sesungguhnya Nabi Daud ‘alaihissalam dulu makan dari hasil kerjanya.” (HR. al-Bukhari). Ini merupakan karakter tingkat tinggi dari sifat kemuliaan dan kehormatan diri, makan dari hasil kerjamu.

ويؤكد صلى الله عليه هذا المعنى حين يقول:
“لأن يأخذَ أحدُكم أحْبُلًا ، فيأخذُ حِزْمةً من حطبٍ ، فيبيعُ ، فيكفُّ اللهُ به وجهَه ، خيرٌ من أن يسألَ الناسَ ، أُعطي أم مُنعَ”رواه البخاري.
إنه عمل قد يبدو في أعين البعض حقيرا ولا يرضاه لنفسه ، لكنه في الميزان الصحيح عمل كبير في سبيل عفة النفس وحفظ ماء الوجه وصيانة النفس عن التعرض لذل السؤال.
وما خوطبت أمةٌ بضرورة الاهتمام بالعملِ قدر ما خُوطِبَتْ أمَّةُ الإسلام، وقد ذلَّلَ اللهُ تعالى الأرض لبني آدم ليستفيدوا من ثرواتها بالعمل والجد فقال تعالى: { هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ } (الملك:15)، وذلَّلَ البحرَ إمداداً بالخيراتِ للطُّعْمَةِ والحِلْيَةِ وجريان السفائن موقراتٍ مع بقية صور الانتفاع والعمل، فقال تعالى: {وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ } (النحل:14])وإن النبي صلى الله عليه وسلم قد ارتقى بالجهد العملي البشري إلى ما أكبر وأعظم من كل عطايا الدنيا وأجورها حين ربط هذا الجهد بالأجر الأخروي الذي يبقى ويدوم ولا يفنى: “مَن أمسى كالًا من عملِ يديه أمسَى مغفورًا له”.(ضعفه الألباني).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan hal ini dengan bersabda:

لأن يأخذَ أحدُكم أحْبُلًا ، فيأخذُ حِزْمةً من حطبٍ ، فيبيعُ ، فيكفُّ اللهُ به وجهَه ، خيرٌ من أن يسألَ الناسَ ، أُعطي أم مُنعَ

“Seseorang dari kalian mengambil tali dan mencari seikat kayu lalu menjualnya, sehingga Allah menjaga kehormatan dirinya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, antara dia dikasih atau ditolak.” (HR. al-Bukhari).

Suatu pekerjaan bisa jadi terlihat hina oleh sebagian orang dan bahkan dia enggan untuk melakukannya, tapi dalam timbangan yang benar, itu adalah pekerjaan yang besar di jalan menjaga kehormatan dan harga diri, dan melindungi diri dari terpapar hinanya meminta-minta.

Tidak ada umat yang diserukan tentang pentingnya bekerja melebihi apa yang diserukan kepada umat Islam. Allah Ta’ala telah menundukkan muka bumi untuk manusia, agar mereka dapat memanfaatkan sumber daya alamnya dengan karya dan bekerja keras. Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15).

Allah Ta’ala juga menundukkan lautan dengan memenuhinya dengan berbagai sumber daya untuk dijadikan makanan, perhiasan, dan tempat berlayarnya kapal-kapal yang sangat berat, serta berbagai bentuk pemanfaatan dan pekerjaan lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 

“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) dari-Nya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl: 14).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat menghargai usaha seseorang hingga lebih besar dan agung daripada segala karunia duniawi, ketika Beliau mengaitkan usaha itu dengan pahala akhirat yang akan kekal selamanya dan tidak akan sirna. Beliau bersabda:

مَن أمسى كالًا من عملِ يديه أمسَى مُغفورًا له

“Barangsiapa yang memasuki sore hari dalam keadaan lelah akibat bekerja, maka dia telah memasuki sore hari dalam keadaan diampuni.” (Hadis ini dilemahkan oleh al-Albani).

إن العمل الحلال وإن كان شاقا إلا أنه في نظر الشرع أفضل من التعرض للناس بسؤالهم ، فقد أخبر صاحبه قبيصة رضي الله عنه عما دار بينه وبين النبي صلى الله عليه وسلم فقال: تحمَّلتُ حمالةً فأتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ: ” أقِم يا قَبيصةُ حتَّى تأتيَنا الصَّدقةُ فَنَأْمرَ لَكَ بِها”. ثمَّ قالَ: “يا قَبيصةُ إنَّ المسألَةَ لا تحلُّ إلَّا لأحدِ ثلاثةٍ: رجلٌ تحمَّلَ حِمالةً فحلَّت لَه المسألةُ فسألَ حتَّى يُصيبَها ثمَّ يمسِكُ. ورجلٌ أصابَتهُ جائحةٌ فاجتاحَت مالَهُ فحلَّت لَه المسألةُ فسألَ حتَّى يُصيبَ قِوامًا مِن عَيشٍ أو قالَ سَدادًا من عيشٍ. ورجلٌ أصابتْهُ فاقَةٌ حتَّى يقولَ ثلاثةٌ من ذَوي الحِجَى من قومِهِ: قد أصابَتْ فلانًا الفاقَةُ فحلَّت لَه المسألَةُ فسألَ حتَّى يُصيبَ قِوامًا من عَيشٍ أو سَدادًا مِن عيشٍ ثمَّ يُمسِكُ. وما سواهُنَّ منَ المسألَةِ يا قبيصةُ سُحتٌ يأكلُها صاحبُها سُحتًا”رواه مسلم.

Pekerjaan yang halal meskipun itu berat, tapi dalam pandangan syariat, itu lebih baik daripada harus meminta-minta kepada orang lain. Dikisahkan oleh seorang sahabat yang bernama Qabishah radhiyallahu ‘anhu percakapan yang terjadi antara dirinya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia menceritakan, “Aku pernah menanggung utang (demi mendamaikan dua pihak yang berselisih), lalu aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk mengadukan utangku kepada beliau). Kemudian Beliau bersabda, “Tunggulah wahai Qabishah! Hingga ada harta sedekah yang datang, sehingga kami bisa perintahkan agar harta itu diberikan kepadamu.”

Kemudian Beliau menambahkan, “Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta itu tidak halal kecuali bagi salah satu dari tiga golongan ini:

(1) orang yang menanggung utang demi mendamaikan dua pihak yang berselisih, maka halal baginya meminta. Ia boleh meminta hingga utangnya lunas, lalu setelah itu harus berhenti meminta-minta.

(2) Orang yang tertimpa musibah sehingga hartanya habis, maka halal baginya meminta. Ia boleh meminta hingga mendapatkan sumber penghidupan atau pemenuhan kebutuhan hidupnya.

(3) Orang yang tertimpa kemiskinan hingga ada tiga orang berakal (orang yang terpercaya) bersaksi bahwa dia benar-benar tertimpa kemiskinan, maka halal baginya meminta.

Dia boleh meminta hingga mendapatkan sumber penghidupan atau pemenuhan kebutuhan hidupnya, lalu setelah itu harus berhenti meminta-minta. Adapun meminta-minta dalam keadaan selain itu —wahai Qabishah— adalah harta haram yang dimakan oleh pelakunya secara haram.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

إن بعض الناس قد يستسهل السؤال ويعتبره أفضل من تحمل مشقة العمل، وقد يصيبهم نوع من الشره والرغبة في احتواش المزيد من أموال الناس ، وهنا نجد رسول الله صلى الله عليه وسلم ينفر من مسألة الناس بغير وجه من الوجوه التي تجيز المسألة فيقول:

“من سأل الناسَ أموالَهم تكثُّرًا ، فإنما يسألُ جمرًا . فليستقِلَّ أو لِيستَكْثِرْ”رواه مسلم. ويجعل من العزة الاستغناء عن الناس فيقول مخبرا عن المؤمن: ” وعزه استغناؤه عن الناس”.

Sebagian orang mungkin mudah sekali meminta-minta, dan menganggapnya lebih baik daripada harus menanggung beratnya bekerja. Dan bisa jadi mereka menjadi tamak dan rakus untuk terus mencaplok harta orang lain. Di sini, kita dapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi peringatan dari meminta-minta kepada orang lain tanpa alasan-alasan yang membolehkan hal itu, Beliau bersabda:

مَنْ سَألَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْألُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أوْ لِيَسْتَكْثِرْ

“Barangsiapa yang meminta kepada orang-orang harta mereka, maka sesungguhnya dia sedang meminta bara api, maka silakan dia menginginkan sedikit atau banyak dari hal itu.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjadikan kemuliaan ada pada kemandirian dari bertumpu pada orang lain, Beliau bersabda tentang orang mukmin:

وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ

“… Dan kemuliaan seorang Mukmin ada pada kemandiriannya dari bergantung kepada orang lain.”

فالذي يؤثر الفراغ والبطالة والكسل لن يجد أمامه من سبيل في نهاية الأمر إلا أن يسأل الناس ، أما الذي يتخذ من الجد والاجتهاد شعارا فيعمل ويكدح فإنه سيجني ثمار عمله عفة وعزة وغناء مع ما يرجوه من أجر الله وثوابه حين تصلح نيته في هذا العمل ، و”اليد العليا خير من اليد السفلى” كما اخبر الرسول الكريم صلى الله عليه وسلم، واليد العليا هي المعطية واليد السفلى هي السائلة أو الآخذة.

Jadi, orang yang lebih memilih menganggur dan bermalas-malasan, tidak akan mendapatkan jalan keluar di hadapannya kecuali dengan meminta-minta kepada orang lain. Adapun orang yang menjadikan kesungguhan dan usaha keras sebagai prinsip hidup, sehingga dia bekerja dan berusaha keras, maka dia akan mendapatkan buah dari kerja kerasnya, berupa kemuliaan dan kehormatan diri, dan kekayaan, serta pahala dan ganjaran yang dia harapkan dari Allah ketika dia meletakkan niat yang benar dalam pekerjaan tersebut. “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan yang di atas adalah tangan yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta dan menerima.

وهذا أنس بن مالك رضي الله عنه يخبر أنَّ رجلًا من الأنصارِ أتَى النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فسأله، فقال: “أما في بيتِك شيءٌ؟”. قال: بلى، حِلسٌ نلبَسُ بعضَه ونبسُطُ بعضَه ، وقِعبٌ نشربُ فيه الماءَ. قال: “ائْتِني بهما” فأتاه بهما فأخذهما رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بيدِه وقال: “من يشتري هذَيْن؟” قال رجلٌ: أنا آخُذُهما بدرهمٍ. قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: “من يزيدُ على درهمٍ” – مرَّتَيْن أو ثلاثًا – قال رجلٌ: أنا آخُذُهما بدرهمَيْن، فأعطاهما إيَّاه، فأخذ الدِّرهمَيْن فأعطاهما الأنصاريَّ وقال: “اشتَرِ بأحدِهما طعامًا فانبُذْه إلى أهلِك ، واشتَرِ بالآخرِ قَدومًا فائْتِني به” فأتاه به فشدَّ فيه رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عودًا بيدِه ثمَّ قال: “اذهَبْ فاحتطِبْ وبِعْ ولا أرَيَنَّك خمسةَ عشرَ يومًا”. ففعل فجاءه وقد أصاب عشرَ دراهمَ فاشترَى ببعضِها ثوبًا وببعضِها طعامًا ، فقال له رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: “هذا خيرٌ لك من أن تجيءَ المسألةُ نُكتةً في وجهِك يومَ القيامةِ”رواه أبوداود.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa pernah ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta kepada Beliau. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah di rumahmu ada sesuatu?” Dia menjawab, “Tentu ada, ada sehelai kain yang sebagiannya kami kenakan dan sebagiannya untuk alas, dan yang kami pakai untuk minum.” Nabi bersabda, “Datangkan dua barang itu kepadaku.” Lalu lelaki itu mendatangkan dua barang itu, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya langsung dengan tangan Beliau lalu bersabda, “Siapa yang mau membeli dua barang ini?” Ada seseorang yang menanggapi, “Aku akan membelinya seharga satu dirham!” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Siapa yang mau membelinya lebih dari satu dirham?” —Beliau mengucapkan ini dua atau tiga kali—. Lalu ada laki-laki lain yang berkata, “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Rasulullah memberikan dua barang itu kepada laki-laki tersebut dan mengambil dua dirham darinya.

Kemudian Beliau memberikan dua dirham itu kepada lelaki dari kaum Anshar dan bersabda, “Belilah makanan dengan satu dirham dan berikan kepada keluargamu, dan belilah kepala kapak dengan satu dirham sisanya! Lalu datanglah lagi kepadaku dengan membawa kepala kapak itu.” Lalu lelaki itu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa kepala kapak, kemudian Beliau mengikat kayu pegangannya dengan tangan Beliau sendiri, lalu bersabda, “Pergilah untuk mencari kayu bakar, dan juallah! Jangan sampai aku melihatmu selama 15 hari ke depan.” Lelaki itupun melakukannya, setelah itu dia datang kembali kepada Rasulullah dan telah mendapatkan 10 dirham, dia membeli baju dengan sebagian uang itu dan sebagian lagi untuk membeli makanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Ini lebih baik bagimu daripada meminta-minta,karena dapat mendatangkan noda hitam di wajahmu pada hari kiamat.” (Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud).

ويخبر عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” ما يزالُ الرجلُ يسأَلُ الناسَ، حتى يأتي يومَ القيامةِ ليس في وجهِهِ مُزْعَةُ لحمٍ..”رواه البخاري.

إن العبد مطالب ببذل الجهد والله تبارك وتعالى بفضله وجوده يبارك في القليل فيكثر ويكفي ويفيض.

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ما يزالُ الرجلُ يسأَلُ الناسَ، حتى يأتي يومَ القيامةِ ليس في وجهِهِ مُزْعَةُ لحمٍ

“Seseorang yang terus meminta-minta kepada orang lain, akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya …” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari). 

Seorang hamba dituntut untuk mengerahkan usaha, sedangkan Allah Tabaraka wa Ta’ala dengan karunia-Nya akan memberkahi sesuatu yang sedikit, sehingga menjadi banyak, berkecukupan, dan melimpah.

Sumber:

 https://www.islamweb.net/بالعمل تنهض الأمم

Sumber artikel PDF

Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28