Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Fikih Pengusaha Muslim, Muamalah

Ada Ikhtilath di Kafenya, Apakah Pemiliknya Berdosa?

السؤال

رجل يمتلك مقهى من النوع الممتاز ، يدخلها رواد مختلطون من الرجال والنساء ويشعر بعدم الارتياح إزاء هذا الاختلاط مخافة أن يكون ريع هذا المقهى يدخل في نطاق المحرمات أو الشبهات المنهي عنها شرعا ، رغم أنه قد فرض على العاملين فيه عدم بيع أي مواد محرمة شرعا بما في ذلك بيع السجائر وحرم على الرواد القيام بممارسات مخلة بالآداب الإسلامية ، ونريد إذا أمكن ذلك أن تتفضلوا بإنارة الطريق لنا في هذا المضمار وذلك بالاستشهاد ببعض الآيات القرآنية و الأحاديث النبوية حتى تصفو النفس ويطمئن القلب ونجتنب الوقوع في المعصية ونلقى ربنا وهو راض عنا، ونرجو أن تكون الإجابة مستفيضة .

Pertanyaan:

Seseorang memiliki sebuah kafe kelas atas yang didatangi oleh para pengunjung yang bercampur baur antara pria dan wanita. Dia merasa tidak nyaman dengan adanya campur baur ini (Ikhtilāṯ) karena khawatir bahwa penghasilan dari kafe ini termasuk dalam kategori penghasilan yang haram atau syubhat yang terlarang secara syariat. 

Di sisi lain, dia sudah mewajibkan para karyawannya untuk tidak menjual barang-barang yang terlarang secara syariat, termasuk menjual rokok, dan sudah melarang para pengunjung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar moral Islam. 

Jika memungkinkan, kami ingin Anda memberi penerangan di jalan kami ini terkait masalah ini disertai dengan beberapa ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi agar jiwa kami nyaman dan dan hati kami tenang sehingga kami bisa menghindari maksiat dan bertemu Tuhan kami dalam keadaan Dia Rida dengan kami. Kami berharap jawabannya terperinci.

الحمد لله.

قد أحسن هذا المالك بمنع بيع المواد المحرمة ، في مقهاه ، ومن ذلك منعه بيع السجائر، وكذلك منعه للممارسات المخلة بالآداب الإسلامية ، فجزاه الله خيرا .

لكن بقي عليه أن يمنع الاختلاط ؛ لما فيه من الشر والفساد والفتنة . وقد دل الكتاب والسنة على تحريم الاختلاط ، ومن ذلك :

قوله سبحانه : ( وإذا سألتموهن متاعاً فاسألوهن من وراء حجاب ذلكم أطهر لقلوبكم وقلوبهن ) الأحزاب/53

Jawaban:

Segala puji bagi Allah. Sungguh, pemilik kafe ini telah melakukan sesuatu yang baik dengan melarang barang-barang haram di kafenya, termasuk larangan menjual rokok, serta melarang melakukan tindakan-tindakan yang melanggar moral Islam. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Akan tetapi, dia tetap harus melarang terjadinya Ikhtilāṯ (campur baur antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram), karena Ikhtilāṯ mengandung keburukan, kerusakan, dan fitnah. 

Dalil-dalil dari Kitab dan sunah menunjukkan terlarangnya Ikhtilāṯ, di antaranya adalah firman Allah Subẖānahu wa Ta’ālā (yang artinya), “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab: 53)

قال ابن كثير رحمه الله في تفسير الآية : ( أي وكما نهيتكم عن الدخول عليهن كذلك لا تنظروا إليهن بالكلية ولو كان لأحدكم حاجة يريد تناولها منهن فلا ينظر إليهن ولا يسألهن حاجة إلا من وراء حجاب ) . وقال القرطبي رحمه الله : ( في هذه الآية دليل على أن الله تعالى أذن في مسألتهن من وراء حجاب في حاجة تعرض ، أو مسألة يستفتين فيها ، ويدخل في ذلك جميع النساء بالمعنى ، وبما تضمنته أصول الشريعة من أن المرأة كلها عورة ).

Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya– mengatakan tentang tafsir ayat tersebut, “Maksudnya, sebagaimana Aku Melarang kalian masuk menemui mereka, maka jangan pula kalian melihat mereka sedikit pun walaupun jika salah seorang di antara kalian memiliki suatu keperluan yang kalian butuhkan dari mereka. Jangan seseorang melihat mereka atau meminta kepada mereka suatu kebutuhan kecuali dari balik tabir. 

Al-Qurtubi –semoga Allah merahmatinya– berkata, “Dalam ayat ini ada dalil bahwa Allah Subẖānahu wa Ta’ālā membolehkan meminta kepada mereka suatu kebutuhan yang mereka perlukan atau suatu pertanyaan yang ingin mereka tanyakan dari balik tabir. Semua wanita secara umum tercakup dalam hukum ini dan hal itu menjadi konsekuensi prinsip-prinsip syariat bahwa wanita seluruhnya adalah aurat.” 

وقال تعالى : ( يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً ) الأحزاب/32 فإذا جاء التحذير من الخضوع بالقول لئلا يطمع من في قلبه مرض، فكيف بجلوس الرجال مع النساء الكاسيات العاريات ، المائلات المميلات ، وتبادل الحديث فيما بينهم ، فهذه تتكلم ، وأخرى تضحك ، وثالثة تتمايل وتنظر، فأي فتنة أعظم من ذلك؟! وأي قلب عسى أن يسلم من المرض مع ذلك ؟!

Allah Subẖānahu wa Ta’ālā Berfirman, 

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً

“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melemah lembutkan suara dalam berbicara sehingga membangkitkan nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32)

Jika kita diperingatkan tentang melemah lembutkan suara agar jangan membangkitkan nafsu orang yang dalam hatinya ada penyakit, lalu apatah dengan laki-laki yang duduk dengan perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang bergerak berlenggak-lenggok, dan kepalanya seperti punuk unta yang miring, lalu saling bercakap-cakap satu sama lain, yang satu bicara dan yang lain tertawa, dan yang lainnya lagi bersandar sambil memandang? Adakah fitnah yang lebih besar dari ini? Adakah hati yang mungkin selamat dari penyakit dalam keadaan seperti ini?!

وقد راعى النبي صلى الله عليه وسلم منع اختلاط الرّجال بالنساء حتى في أحبّ بقاع الأرض إلى الله وهي المساجد وذلك بفصل صفوف النّساء عن الرّجال ، والمكث بعد السلام حتى ينصرف النساء ، وتخصيص باب خاص في المسجد للنساء . والأدلّة على ذلك ما يلي :

Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sangat menjaga agar tidak terjadi Ikhtilāṯ antara laki-laki dan wanita bahkan di permukaan bumi yang paling dicintai oleh Allah, yaitu di dalam masjid, dengan memisahkan antara saf perempuan dari saf laki-laki, dengan berdiam sejenak setelah salam sampai para wanita pergi, dan dengan membuat pintu khusus wanita di masjid. Dalil-dalil hal tersebut adalah sebagai berikut, 

1. عن أم سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِينَ يَقْضِي تَسْلِيمَهُ وَمَكَثَ يَسِيرًا قَبْلَ أَنْ يَقُومَ . قَالَ ابْنُ شِهَابٍ : فَأُرَى – وَاللَّهُ أَعْلَمُ – أَنَّ مُكْثَهُ لِكَيْ يَنْفُذَ النِّسَاءُ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُنَّ مَنْ انْصَرَفَ مِنْ الْقَوْمِ” رواه البخاري رقم (793).

  1. Diriwayatkan dari Ummu Salamah –semoga Allah meridainya–, dia berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam saat salam (ketika salat), para wanita bangkit setelah beliau menyelesaikan salamnya dan beliau diam sejenak sebelum beliau bangkit. Ibnu Syihab berkata, “Allah yang lebih Mengetahui, menurutku, diamnya beliau adalah agar para wanita bisa segera pergi sebelum ada jemaah yang pergi lalu bertemu mereka. (HR. Bukhari No. 79).

2. وعَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَوْ تَرَكْنَا هَذَا الْبَابَ لِلنِّسَاءِ ) قَالَ نَافِعٌ : فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ ابْنُ عُمَرَ حَتَّى مَاتَ” رواه أبو داود 462 وصححه الألباني في صحيح أبي داود.

  1. Diriwayatkan dari Ibnu Umar –semoga Allah meridainya–, dia berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kita tinggalkan pintu ini agar khusus untuk wanita.” Nafi’ berkata bahwa Ibnu Umar kemudian tidak pernah masuk masjid lewat pintu itu sampai dia meninggal.” (HR. Abu Dawud No. 462 dan disahihkan oleh al-Albani dalam Ṣaẖīẖ Abī Dawūd).

3. وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا ) . رواه مسلم (664)

  1. Diriwayatkan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridainya– dia berkata bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik saf untuk lelaki adalah yang paling depan dan yang paling buruk adalah yang paling belakang. Adapun sebaik-baik saf untuk wanita adalah yang paling belakang dan yang paling buruk adalah yang paling depan.” (HR. Muslim No. 664)

Ini adalah salah satu dalil yang paling gamblang bahwa ikhtilāṯ hukumnya terlarang dalam syariat dan bahwa laki-laki jika semakin jauh safnya dari saf perempuan, maka hal itu semakin afdal sebagaimana perempuan jika semakin jauh safnya dari saf laki-laki, maka hal itu semakin afdal. Jika hal-hal semacam ini saja harus diterapkan di masjid yang merupakan tempat ibadah yang suci, maka penerapannya di tempat yang lain –tidak perlu diragukan– tentu lebih ditekankan lagi. 

4. وقد روى أَبو أُسَيْدٍ الْأَنْصَارِيّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مِنْ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ : ( اسْتَأْخِرْنَ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ ( تَسِرْن وسط الطريق ) عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ ) فَكَانَتْ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ . رواه أبو داود (5272) وحسنه الألباني في صحيح أبي داود .

  1. Abu Usaid al-Anshari telah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar dari masjid sedangkan laki-laki dan wanita bercampur baur di jalanan. Beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita tersebut, “Mundurlah, kalian jangan berjalan di tengah jalan, hendaknya kalian berjalan di pinggiran jalan.” Serta merta para wanita merapat ke dinding-dinding sampai pakaiannya tersangkut ke dinding itu karena terlalu merapat. (HR. Abu Dawud No. 5272 dan disahihkan oleh al-Albani dalam Ṣaẖīẖ Abī Dawūd).

وانظر تفصيل الكلام على خطر الاختلاط ، في جواب السؤال رقم ( 1200 )

وإذا كان الاختلاط محرما ، فإن صاحب المقهى آثم بإقراره ، وسكوته عن إنكاره ، وبإعانة هؤلاء على المعصية بتوفير المكان لهم الذي يعصون الله تعالى فيه .

Silakan baca pembahasan rinci tentang bahaya ikhtilāṯ dalam jawaban atas pertanyaan No. 1200. Jika ikhtilāṯ hukumnya haram, maka pemilik kafe berdosa karena membiarkannya dan diam saja tanpa mengingkarinya dan karena membantu mereka berbuat maksiat dengan menyediakan bagi mereka tempat untuk mendurhakai Allah Subẖānahu wa Ta’ālā. 

فالواجب عليه أن يتقي الله ولا يكون عوناً على نشر الفساد بين المؤمنين ، ويحرص على طيب مطعمه ، فإن ( كل جسد نبت من سحت فالنار أولى به ) ، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم يقول : “كل جسد نبت من سحت فالنار أولى به” رواه الطبراني وأبو نعيم عن أبي بكر ، وصححه الألباني في صحيح الجامع برقم 4519 ورواه الترمذي (614) من حديث كعب بن عجرة بلفظ ( إنه لا يربو لحم نبت من سحت إلا كانت النار أولى به )

Yang harus dia lakukan adalah bertakwa kepada Allah Subẖānahu wa Ta’ālā dan tidak membantu menyebarkan kerusakan di tengah kaum mukminin dan berusaha sungguh-sungguh untuk mencari makanan yang halal, karena jasad yang tumbuh dari hal-hal yang haram, maka api neraka lebih layak untuknya. 

Hal itu sebagaimana sabda Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, 

كل جسد نبت من سحت فالنار أولى به

“Setiap jasad yang tumbuh dari hal-hal yang haram, maka api neraka lebih layak untuknya.” (HR. At-Tabarani dan Abu Nu’aim dari Abu Bakar, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Ṣaẖīẖ al-Jāmiʿ No. 4519). 

At-Tirmidzi juga meriwayatkannya (614) dari hadis Ka’ab bin ʿUjrah dengan redaksi, “Tidaklah daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram melainkan api neraka lebih pantas untuknya.” 

فإن استطاع أن يمنع الاختلاط فهذا هو الواجب ، أو ليقصر المقهى على الرجال فقط ، وإلا فليبحث عن عمل آخر مباح ، ومن ترك شيئاً لله عوضه الله خيراً منه ( ومن يتق الله يجعل له مخرجاً ويرزقه من حيث لا يحتسب ) والله أعلم .

Apabila dia mampu mencegah ikhtilāṯ, maka dia wajib melakukannya atau hendaknya dia membatasi kafe tersebut untuk laki-laki saja. Jika tidak demikian, hendaknya dia mencari pekerjaan lain yang mubah. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan Mengganti baginya dengan sesuatu yang lebih baik dari itu. 

ومن يتق الله يجعل له مخرجاً ويرزقه من حيث لا يحتسب

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya dan Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. At-Talaq: 2-3). 

Allah yang lebih Mengetahui.

Sumber artikel.

https://islamqa.info/ar/answers/39799/يمتلك-مقهى-يختلط-فيه-الرجال-بالنساء

PDF sumber artikel.

Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28