Kita tidak bisa menciptakan uang, uang itu kita peroleh dari kantong orang lain
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc
Apakah anda punya keahlian dalam memproduksi suatu barang? misalnya Kue kering atau kerajinan tangan. Setelah anda membuatnya coba anda masukan dalam kotak, setelah beberapa hari coba anda buka, apakah kue tersebut berubah jadi uang? Tentu saja tidak mungkin sama sekali, alias mustahil. Tukang sulap aja tidak bisa mengubahnya. Mereka juga cari duit, dengan cara melakukan pertunjukan sulap di jalanan atau di televisi.
Begitu pula dengan usaha bidang jasa. Misalnya anda bergerak dibidang jasa service komputer, lalu anda memperbaiki komputer anda sendiri. Kira-kira apakah ada orang yang akan membayar anda karena telah menyervice komputer sendiri? Jawabannya juga: pasti tidak.
Kalau begitu, pertanyaannya kita ubah, “bagaimanakah produk atau jasa yang kita punya bisa berubah jadi uang?”
Jawabannya sudah pasti kita tahu, “Dengan menjual barang / jasa tersebut kepada orang lain”.
Sudah kita maklumi, bahwa kita tidak bisa menciptakan uang. Karena, yang berwenang mencetaknya adalah lembaga tertentu. Kita juga tidak bisa membuat emas, ia hanya bisa diperoleh atau didulang dari tempat-tempat tertentu di muka bumi.
Kita hanya bisa berusaha membuat uang berpindah dari tangan orang lain masuk dalam kantong kita (tentunya dengan cara halal). Cara inilah yang disebut transaksi.
Makin banyak orang yang kita kenal, makin banyak yang bisa diajak bertransaksi. Makin banyak transaksi, makin mengalir pula uang ke kocek kita.
Maka sungguh cocok bila pembahasan hukum perdagangan dalam Islam disebut dengan fiqh muamalat, yaitu artinya, hukum Islam yang membahas hubungan aqad (interaksi) antara sesama manusia. Karena, praktek nyata ilmu tersebut terjadi berupa interaksi antara seorang idividu dengan orang lain. Yang dimulai dengan pembahasan interaksi dalam jual-beli.
Tidak ada yang mau membuka usaha perdagangan di tengah hutan belantara. Siapa yang kita harapkan mau mendatangi tempat kita.
Dikenal dan didatangi orang untuk berbelanja ke toko kita, itulah tujuan setiap pedagang.
Ada beberapa kiat yang bisa diterapkan untuk memperbanyak pelanggan, di antaranya:
Network
Memperbanyak kenalan, teman, sahabat dan kolega, inilah yang disebut-sebut oleh para motivator dengan sebutan “networking”, yaitu membuat jaringan / komunitas, atau masuk dalam komunitas yang telah ada. Karena hal itu akan menghasilkan banyak teman, juga makin banyak koneksi dan kolega, sehingga dengan mudah kita perkenalkan produk atau jasa yang kita miliki kepada mereka untuk mereka manfaatkan.
Karena, biasanya seorang teman akan mudah menjadi pelanggan dibandingkan seorang pelanggan yang akan menjadi teman.
Bukankah tujuan mengiklankan barang agar banyak orang yang tahu? Biasanya, iklan dari kenalan lebih diperhatikan daripada iklan dari “orang asing.
Coba kita perhatikan, bila KFC atau Pizza Hut mengiklankan adanya sajian menu baru, pasti para “kenalannya” tidak akan curiga dengan kelezatannya, semua tertarik untuk mencicipinya.
Begitu pula para “kenalan” Iphone atau Blackberry, dengan setia mereka menunggu produk baru, walaupun produk tersebut tidak jauh beda dengan sebelumnya.
Itu semua disebabkan mereka telah memiliki jaringan pelanggan yang setia.
Costumer oriented (orientasi mendapatkan pelanggan)
Bagi para pendatang baru di dunia bisnis, biasanya lebih terfokus bagaimana produknya bisa laku terjual, mendapatkan keuntungan pertama sebagai “penglaris”.
Namun, terkadang lupa dengan kontinuitas usaha, sehingga produk tersendat di saat pelanggan sedang mencarinya; atau modal keburu habis di kala sudah mulai dikenal dan dicari pelanggan. Akhirnya akan menimbulkan kekecewaan dari pelanggan.
Hendaknya usaha lebih terfokus pada costumer oriented, bukan profit orionted.
Dengan cara:
- Kualitas dan kuantitas barang harus didahulukan, untuk memuaskan pelanggan.
- Walaupun keuntungan per item sedikit, tapi kalau pembelinya banyak kan kalkulasinya juga besar.
Al harokah = Barokah
Makna ungkapan di atas adalah: Barokah didapat dengan cara bergerak untuk mencapainya. Sedangkan kalau kita diam mengurung diri di rumah, tidak punya kenalan, maka rezeki pun akan diam dan enggan berkenalan dengan kita.
Mengetuk pintu, mendatangi dan menghampiri
Tok,,tok,,. Saya pendatang baru, bolehkah saya masuk? Besar harapan dari kita, tuan rumah akan membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
Lalu teruskan dengan mengetuk pintu lain.
Memperkenalkan diri
Kendala pertama yang dimiliki oleh produk baru adalah “belum dikenal”. Ini sebenarnya bukan kendala, walaupun disebut dengan kendala, tapi toh kita sudah tahu solusinya, yaitu “memperkenalkan”.
Kalau sudah terkenal, maka jangan heran kalau produk anda menjadi maskot dari produk sejenis. Buktinya, mungkin kita bisa tahu dari pasaran sekarang. Kalau ada yang mencari teh botol pasti yang terbayang adalah sosro; untuk air minum kemasan pasti orang menyebutnya “aqua”. Ini semua karena merekalah yang memperkenalkan pertama sekali dan sekarang punya kenalan yang sangat banyak.
Namun, jangan hanya melihat bagaimana terkanalnya mereka sekarang, tapi lirik juga bagaimana pahit dan getirnya usaha mereka saat pertama memperkenalkan produk mereka. Pasti tidak jauh berbeda dengan yang anda rasakan.
Menjemput bola
Terkadang konsumen tahu suatu barang ada di toko ini, tapi untuk ke sana tidak ada waktu atau repot. Di sini lah kita punya kesempatan menjemput bola. Dengan memberi pelayanan lebih seperti antar jemput pelanggan.
Iklan dari jari ke jari
Mungkin dulu orang menyebutnya “iklan dari mulut ke mulut”, tapi sekarang bisa diungkapkan dengan “dari jari ke jari”. Karena, untuk zaman sekarang, dengan gerakan jari saja dengan mudah menyebarkan informasi ke seluruh dunia. Sosial media, itulah sarananya.
Mungkin pernah anda dengar atau mencicipi keripik pedas (berlevel) Maicih? Awal ia terkenal hanyalah berbekal pemberitahuan di dunia maya, medsos twitter. Hingga pada akhirnya ia terkenal di dunia nyata.
Bila seorang public figur memuji produk kita, maka tunggu saja gelinding bola salju yang akan “menghantam” produk anda.
Apabila sudah terkenal
Ini yang lebih berat dari “perkenalan pertama”, yaitu mempertahankan image.
Orang yang menggunakan produk / jasa kita bukanlah orang yang kena pelet sehingga bisa disetir semaunya. Mereka punya mood dan selera, punya pilihan untuk mencari yang lebih bermanfaat.
Jadi, mempertahankan kualitas setelah dikenal adalah faktor yang harus dititikberatkan oleh setiap produsen.
Pengusahamuslim.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.