Oleh: Firman Ilkha Putra
Customer Support Officer PT Zahir Internasional
Produsen dan konsumen merupakan dua pelaku ekonomi yang penting dalam ranah bisnis tidak terkecuali pihak ketiga yaitu pesaing bagi produsen. Penetapan harga pada suatu akad jual beli bisnis suatu produk amat sangat menentukan tercapainya keuntungan atau bahkan sebaliknya menjadi kerugian atau boleh juga tetap di titik impas.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, produsen harus cerdik dalam menilai suatu watak konsumen dan pesaingnya sendiri. Watak di sini lebih ditekankan pada selera dan gaya hidup mereka. Selain itu juga pahami hukum penawaran dan permintaan. Mungkin Anda masih ingat dengan bunyi hukum tersebut ketika duduk di bangku sekolah. 🙂
Hukum penawaran dan permintaan jika berlaku asumsi ceteris paribus (tiada faktor selain harga yang mempengaruhi) akan berbunyi sebagai berikut:
Hukum penawaran: Jika harga meningkat, semakin banyak barang yang bersedia untuk ditawarkan. Sebaliknya jika harga menurun, semakin sedikit barang yang bersedia untuk ditawarkan.
Hukum permintaan: Jika harga menurun, semakin banyak permintaan akan suatu barang. Sebaliknya jika harga meningkat, semakin sedikit permintaan suatu barang.
Begitulah kiranya hukum penawaran dan permintaan. Meski demikian, Anda haruslah mengetahui faktor-faktor apa saja yg berpengaruh atau dengan kata lain jika tidak berlaku asumsi ceteris paribus.
Inilah yang akan kita kupas tuntas terkait dengan kapan waktu yang tepat Anda ditekan atau bahkan dipaksa untuk menurunkan harga produk. Dipaksa? Ya dipaksa, sebab watak dan gaya hidup seolah-olah memaksa Anda untuk berubah.
Kenalilah watak pesaing Anda. Cara jitu mengenalinya harus sejak dini agar selanjutnya Anda bisa dengan mudah meramal apa strategi yang sedang atau akan dia susun. Ini berlaku jika Anda memiliki bisnis yang sama atau serupa dengan kompetitor Anda. Jangan 100% yakin bahwa bisnis Anda akan stabil atau terus meningkat. Ingat perputaran roda. Anda dan pesaing masing-masing memiliki inovasi dalam berkarya. Pada Saatnya inovasi pada usaha Anda berada pada titik jenuh dan kurang diminati konsumen, sudah saatnya Anda harus menurunkan harga.
Turunkan harga atau ubah sistem pembayaran, maka banyak yang mengantre untuk membeli. Siapa yang hendak mengantre? Konsumen atau pesaing Anda? Boleh jadi keduanya, boleh jadi salah satunya, atau boleh jadi tiada satu pun. Namun ingat gaya hidup mereka. Zaman globalisasi semakin membentuk pola pikir yang kritis bagi para konsumen dan produsen. Dari sisi konsumen, yang dipentingkan bukan lagi hanya sekadar harga, melainkan juga mutu purnajual. Bahkan konsumen berani membayar berapa pun atas barang yang dibeli asalkan dia diberikan jaminan purnajual seperti garansi dan dukungan. Nah, lantas bagaimana dengan kapan menyesuaikan harga? Atau dalam hal ini justru harus menaikkan harga? Tidak! Jangan menaikkan harga dulu! Pantau terus pesaing Anda. Sekarang kita harus pahami bagaimana konsumen menggunakan sistem pembayaran? Ambillah contoh pembelian sepeda motor. Sepertinya sudah tidak jarang yang menggunakan sistem cicilan. Ya inilah tips bagi Anda.
Acara-acara tertentu seperti pameran eksposisi banyak dikunjungi oleh para pemburu barang-barang murah namun tetap bermutu. Di dalam pameran yang sama sudah pasti peserta terdiri dari para penjual barang yang sebagian besar menjual barang yang serupa. Ambil contoh pameran komputer. Jangan anggap pameran ini sebagai peluang untuk menaikkan harga, namun jadikan acara ini sebagai kesempatan untuk memberikan diskon khusus untuk menarik minat pembeli. Menurut saya, asumsi ceteris paribus akan berlaku di sini.
Barang ketinggalan zaman. Ini bersangkut paut juga dengan inovasi. Kita terkadang cukup sulit meramalkan kecenderungan/ tren masyarakat atas suatu produk yang diminati. Apalagi ada komunitas yang mengenal gaya latah atas produk yang baru ada. Produk yang menjadi primadona di satu negara tiba-tiba saja ditinggalkan akibat adanya produk kompetitor yang tepat sasaran membaca sifat dasar suatu komunitas. Ini memberikan dampak pada lesunya penjualan produk karena dianggap sudah ketinggalan zaman atau tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa/ penduduk/ komunitas itu. Mau tidak mau Anda harus menurunkan harga untuk mendongkrak penjualan, setidaknya untuk menutupi biaya.
Masih adanya barang yang lebih murah yang dijual di tempat lain. Pernahkah Anda membaca leaflet atau brosur atau poster yang berisikan jaminan “Ada yang lebih murah? Kami ganti selisihnya”? Mungkin sebagian besar sudah tahu. Ini merupakan trik agar konsumen yakin betul bahwa barang yang dibeli benar-benar murah. Meski demikian bukan bererti kalimat itu hanya slogan semata. Anda perlu memberikan harga yang lebih murah dibandingkan yang lain. Dengan cara apa? Ya, kasus ini berlaku bagi pengusaha yang memasok barang dagang secara massal untuk dijual kembali secara eceran sehingga ini akan menekan biaya pembentuk harga pokok.
Inilah sepenggal cara menentukan harga murah dan kapan harga barang tepat waktu untuk diturunkan atau disesuaikan.
Dapatkan Segera Majalah Pengusaha Muslim