Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Artikel, Tashfiyah

Carilah Usaha Yang Baik!

Bagiannya Sudah Ditetapkan

Urgensi makanan yang halal menuntut adanya usaha yang halal, sebab salah satu cara mendapatkan makanan yang halal adalah dengan sarana usaha yang halal juga. Apalagi di zaman sekarang di mana keimanan semakin tipis dan kebodohan sangat mendominasi kaum muslimin. Bagaimana tidak! Mereka sudah tidak mengenal lagi halal dan haram, bahkan ada yang menyatakan Yang haram saja susah apalagi yang halal. Padahal setiap orang sudah ditetapkan bagian rezekinya dan telah disiapkan Allah seluruhnya. Kita hanya diperintahkan mencarinya dengan cara yang baik dan sesuai koridor syariat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah usaha mencari rezeki, karena jiwa tidak akan mati sampai sempurna rezekinya walaupun kadang agak tersendat-sendat. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mengusahakannya, ambillah yang halal dan buanglah yang haram.” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah no. 1741)

Jelas sekali perintah mencari usaha yang halal dalam sabda beliau di atas dan hal ini termasuk perkara besar yang sangat ditekankan dan menjadi skala prioritas utama para ulama salaf.

Fenomena yang Ada

Banyak orang menyepelekan permasalahan ini, sampai-sampai tidak pernah peduli apakah yang diusahakannya halal atau haram dan cara mendapatkannya juga halal atau haram? Apalagi di zaman sekarang penipuan, dusta, pemalsuan dan pencurian menjadi salah satu senjata utama memperoleh uang. Kalau sudah demikian adanya, bisakah diharapkan doa kita dikabulkan dan diterima Allah? Kalau sudah tidak diterima lagi doa kita, maka kita kehilangan satu senjata pamungkas menuju kejayaan umat islam, sebab doa adalah senjata kaum mukminin. Lihat berapa banyak kemenangan kaum muslimin di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah satu sebab utamanya adalah doa!

Oleh karena itu, jika sebahagian orang heran dan bertanya-tanya, Mengapa kita belum mendapat kemenangan? Mengapa kita memohon kepada Allah dan merendah diri kepada-Nya agar Ia berkenan melapangkan kesusahan yang menimpa kaum Muslimin, serta menghancurkan orang-orang zhalim, namun tidak terkabulkan? Ia heran, bagaimana dan mengapa?! Kemungkinan jawabannya adalah kelalaian kita dalam mencari makanan yang baik dan usaha kita yang baik. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah taala itu baik,tidak menerima kecuali yang baik,dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para Rasul dalam firman-Nya,”

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Muminun: 51)

Dan Ia berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman,makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al Baqarah: 172)

Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa: “Ya Rabb,Ya Rabb, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?! (Dikeluarkan oleh Muslim dalam az-Zakaah no. 1015, at-Tirmidzi dalam Tafsirul Quran no. 2989, Ahmad dalam Baaqi Musnad al-Muktsriin no. 1838, ad-Darimi dalam ar-Riqaaq no. 2717)

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bagaimana kondisi seseorang yang bepergian dalam kondisi kusut masai dan mengangkat kedua tangannya merendahkan diri untuk meminta kepada Allah dikabulkan doanya, namun doanya ditolak karena makanan, pakaian dan minumannya haram. Oleh karena itu seorang ulama besar bernama Yusuf bin Asbath berkata, Telah sampai kepada kami bahwa doa seorang hamba ditahan naik ke langit lantaran buruknya makanan (makanannya tidak halal) (Jaamiul Uluum wa al-Hikam 1/275). Demikian juga sahabat yang mulai Saad bin Abi Waqqash yang terkenal memiliki doa mustajab, ketika ditanya mengenai sebab doanya diterima; beliau berkata, “Aku tidak mengangkat sesuap makanan ke mulutku kecuali aku mengetahui dari mana datangnya dan dari mana ia keluar.” (Jaamiul Uluum wa al-Hikam 1/275).

Wajib Punya Ilmu

Jelas sudah dari uraian diatas, pentingnya makanan dan usaha yang halal, tentu saja hal ini menuntut setiap orang untuk sadar dan mengetahui dengan baik setiap muamalat yang dilakukannya dan mengetahui dengan jelas dan gamblang mana yang haram dan mana yang halal serta yang syubhat (tidak jelas).

Wajib bagi seorang yang akan berusaha dan mencari rizki untuk belajar halal dan haram apa yang akan menjadi usahanya. Oleh karena itu Khalifah Umar bin Khaththab berkata, Janganlah berdagang di pasar kami kecuali orang faqih, [mengerti tentang jual beli>, jika tidak maka dia makan riba. (Dinukildari buku Minal Muamalaat fii al-Fiqhil Islami 19). Demikian juga Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah berkata, Siapa yang berdagang sebelum mengerti fiqih, maka ia akan tercebur ke dalam riba, kemudian tercebur lagi dan kemudian akan tercebur lagi. artinya terjerumus ke dalamnya dan kebingungan (Dinukil dari buku Minal Muamalaat fii al-Fiqhil Islami 19). Itu pernyataan di zaman mereka yang dipenuhi ilmu, petunjuk dan takwa. Lalu bagaimana dengan zaman kita sekarang ini yang dipenuhi kebodohan, kesesatan dan kemaksiatan?!

Bagaimana Langkah Kita

Tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali kembali mempelajari aturan dan ajaran Islam tentang usaha-usaha yang diperbolehkan dan dilarang dan jenis makanan yang halal dan haram. Tentunya dengan merujuk kepada Al Quran dan Sunnah dan pemahaman para sahabat dan ulama yang mengikuti jalan mereka dengan baik. Selamat belajar!!!!

Penulis: Ust. Kholid Syamhudi, Lc.

Sumber: Kumpulan tulisan ust. Kholid Syamhudi, Lc.

Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id

Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28